Sabtu, 11 Juni 2016

Cerpen Anak “Berani Jujur"



 
Rama sangat gelisah siang itu, matanya berkali-kali melihat pada arah jam dinding, lalu berganti menatap ke arah teras rumah. “Aduh, bunda pulang jam berapa yaa! Aduhh….” Keringat dingin bercucuran dari keningnya. Perut Rama juga terasa mules, karena rasa bersalah yang menyerang seketika.

Tak lama kemudian, bunda tiba dengan mengendarai sepeda motornya yang berwarna pink. “ Assalamualaikum, Rama… sudah pulang nak !” sambil menghampiri Rama. “ engghh… sudah bunda, tadi rapat guru di sekolah murid-murid pulang lebih cepat.”

“ohh begitu, bagaimana Rama puasa sunnahnya ? masih lanjutkan ?.” bibir Rama seketika terkunci rapat, Rama bingung mau menjawab apa. Tadi sebelum subuh, Rama memang sahur dan niat puasa sunnah senin-kamis. Dia sudah berdoa supaya kuat dalam menjalankan puasa sunnahnya. Tapi masalahnya, Rama tidak kuat melihat teman-temannya yang jajan bakso dan mie ayam, air liur Rama 
menetes. Pada akhirnya ia memutuskan untuk buka puasa sebelum waktunya.

“duhh.. bilang apa tidak yaa sama bunda.”

“Rama ? Rama masih kuat kan ?”

“nggh.. iya bunda Rama masih kuat!.” Duh jadi bohong deh sama bunda, Rama bingung. Kalau ia berkata jujur, khawatir bunda jadi gak bangga lagi dengan dirinya. Masak sudah kelas 5 masih tidak kuat untuk puasa sunnah.

ADZAN MAGRIB BERGEMA…..

“Alhamdulillah… akhirnya puasa hari ini tuntas yaa…” bunda mengucap hamdalah, sambil menyiapkan makanan untuk buka puasa. Ada lapis daging, nasi hangat, dan kerupuk udang. Maknyuss….

“bunda memang chef yang luar biasa.”

“ahh, Rama bisa aja kalau ngerayu bunda. Ayo sekarang kita baca doa buka puasa dulu.”

“andai saja ayah ikut buka puasa bareng sama kita disini ya bun.”

“iya kasihan ayah harus masak sendiri selama tugas diluar kota, semoga Allah selalu beri kesehatan untuk ayah ya Rama.”

Selesai menunaikan buka puasa dan sholat magrib, Rama dan bunda mengaji bersama. Memang rumah mereka selalu diisi dengan beragam ibadah supaya hidup kian berkah. Selesai mengaji bunda bercerita dengan Rama soal ayahya yang dulu pernah buka puasa sebelum waktunya.

Deg, bunda kok cerita soal itu sih, jangan jangan…..

“bunda….. nggghh Rama mau ngaku aja deh… sebenarnya Rama puasa sunnahnya tadi nggak komplit. Rama beli bakso waktu di sekolah tadi…”

Bunda tersenyum bijak. “ kenapa ? Rama lapar ?”

“enggak bunda. Gara-gara lihat teman jajan bakso, Rama jadi ikut kepingin. Maaf ya bunda Rama 
 sudah berbohong…”

Lalu bunda merangkul Rama dan menasehatinya. “ lain kali pas puasasunnah, kalau lagi jam istirahat sebaiknya jangan ikut ke kantin. Rama bisa ke musholah atau ke perpustakaan kan ? insya’allah tidak ada godaan yang bikin Rama makan. Satu lagi Allah selalu mengajarkan kita untuk selalu jujur. Jangan berbohong apalagi untuk urusan seperti ini. Jujur sama bunda insya’allah kita sama-sama belajar memperbaiki diri, oke !”

“siap bundaa.”

Rabu, 06 April 2016

Cerpen Anak "Malas Belajar"



“ MALAS BELAJAR “

Besok ada test Matematika. Sofyan bingung sekali, ia sama sekali tidak mengingat materi yang akan digunakan untuk test besok. Sofyan benar-benar malas. Ia tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumahnya apalagi belajar. Tidak heran jika sekarang Sofyan bingung sendiri karena tak satupun materi yang dia ingat.
Sekarang Sofyan duduk melamun di meja belajarnya, dia baru saja di nasehati oleh bunda. Bunda melihat buku penghubung dari wali kelas Sofyan. Bunda setiap hari selalu melihat buku penghubung Sofyan supaya bunda mengerti bagaimana perkembangan Sofyan di sekolah. Di buku penghubung Sofyan tertulis bahwa hari selasa besok Sofyan ada test Matematika. Sofyan perlu diperhatikan belajarnya agar nilainya menjadi bagus.
Bunda langsung menasehati Sofyan dan menyuruhnya supaya tidak malas belajar lagi. “kalau nilai Sofyan tidak bagus lagi, bunda akan memanggilkan guru les untuk sofyan.” Begitu kata bunda saat menasehati Sofyan. Dan itu artinya jam belajar Sofyan makin bertambah dong, Sofyan tidak mau jika jam belajarnya di tambah lagi oleh bunda. Padahal itu untuk kebaikannya sendiri.
Sofyan lalu mengambil buku pelajaran Matematikanya dan memulai belajarnya. Saat Sofyan melihat buku Matematika di hadapannya matanya langsung berkunang-kunang melihat rumus yang tidak ia mengerti. Lalu Sofyan berfikir, “apakah tidak ada cara untuk pintar dalam pelajaran Matematika tanpa harus belajar ?.”
Sofyan keluar dari kamarnya dan langsung menuju ke kamar kakaknya yang sudah kelas 3 SMA. Kakak Sofyan bernama kak Hannah. “kak, apa ada cara bisa pintar Matematika tanpa harus belajar dan menghafal rumus ?.” Lalu kak Hannah mengambil buku yang di bawa Sofyan. “ kamu ini ada-ada saja dek, kalau kamu mau pintar ya harus rajin belajar, apalagi jika ingin pintar dalam pelajaran Matematika. Kamu harus tekun belajar dan tekun berlatih mengerjakan soal-soal yang ada di buku.”
“yahh kak, Sofyan lihat satu halaman saja sudah pusing kak apalagi disuruh tekun berlatih mengerjakan soal-soal yang ada di buku. Ya udah deh kalau begitu Sofyan kembali ke kamar saja.” Kak Hannah geleng-geleng kepala melihat kelakuan adiknya yang malas belajar.
Sofyan kembali ke kamarnya dan duduk lagi di kursi meja belajarnya. Sofyan berfikir keras bagaimana caranya agar dapat mengerjakan soal test besok tanpa harus belajar hingga tak lama kemudian Sofyan tertidur di meja belajarnya. Dalam tidurnya Sofyan bermimpi, ia sedang mengerjakan soal-soal test tanpan ada kesulitan sedikitpun. Pasti ini karena aku semalam tidur menggunakan bantal buku pelajaran, begitu katanya dalam mimpi. Sofyan mendapat nilai 100, nilai paling tinggi di kelasnya. Teman, guru, dan orang tuanya sangat kagum padanya.
Sofyan terbangun dari tidurnya dan sadar bahwa itu semua hanya mimpi. Lalu Sofyan berfikir, apa nanti malam ia melakukan yang ada di mimpinya  tadi agar besok pada saat test dapat mengerjakan soal tanpa harus belajar. “hihi aku memang pandai”, kata Sofyan sambil tersenyum. Akhirnya Sofyan benar-benar tidak mau belajar. Ketika ditanya oleh bunda ia pun berbohong dengan mengatakan bahwa ia sudah selesai belajar.
KEESOKAN HARINYA…..
Perut Sofyan mulas ketika melihat hasil test Matematikanya nilainya 30. Memang tadi Sofyan benar-benar tidak bisa mengerjakan soal-soal, karena Sofyan tak satupun mengingat materi maupun rumus. Ternyata menjadikan buku pelajaran sebagai bantal itu hanya berhasil dalam mimpi saja, pikirnya.
Sekarang Sofyan menyesal karena tidak mengikuti saran dari kak Hannah dan bunda yang menyuruhnya belajar. Sofyan harus bersiap menerima nasehat dari bunda dan disuruh belajar dengan lebih giat lagi. Bahkan bunda akan menyuruhnya untuk mengikuti les tambahan. Sofyan kapok, ia tidak akan malas-malasan lagi jika di suruh belajar. Apalagi mencari cara-cara aneh agar dapat pintar dengan cepat. Pokoknya tidak lagi.